Sabtu, 27 November 2010

Kreasi Kamera Lomo


Ribuan gambar yang dipotret melalui sekitar 20 jenis kamera Lomo disajikan dalam pameran Lomo bertajuk “Lomography Loves Indonesia”.

Ajang itu seakan memanjakan para penggemar lomografi untuk menikmati beragam foto unik dan penuh warna.

Ribuan gambar penuh ragam, ekspresif, dan berwarna-warni membentang di sekeliling dinding. Ada kesan suka-suka dalam setiap gambar yang terekam, berwarna, bundar, berderet empat, enam, hingga sembilan.

Objeknya, mulai dari kegiatan sehari-hari, pemandangan bawah laut, hingga objek wisata. Adalah komunitas Lomonesia yang memamerkan jepretan- jepretan kamera Lomo atau kamera analog berbahan plastik dengan bentuk yang beragam dan unik tersebut. Pameran itu diadakan di East Mall, Grand Indonesia, Jakarta, 20 hingga 28 Februari 2010.

Selama sepekan, para penggemar lomografi bisa merayakan aktivitas mereka melalui pameran, berbagi cerita, tip dan trik, serta workshop.

Beberapa foto yang tersebar mengeliling itu tidak bisa dimungkiri mencuri perhatian karena visualisasi yang beragam. Seperti foto yang diambil Erflog dari kamera Lomo jenis Fisheye miliknya yang diberi judul Waiting.

Gambar yang diambil dari sudut pandang mata ikan itu melengkung bundar dan hitam putih. Seperti bundaran bulan yang di dalamnya terdapat gambar orang-orang yang sedang berjualan menunggu pembeli di tanah lapang.

Warna hitam putih memberi kesan fotografi yang berbeda. Lain lagi foto yang berisi sembilan gambar tersusun sistematis dengan objek yang sama. Foto itu dipotret Amanda Syarfuan dari kamera Lomo Pop 9.

Foto berjudul 2001 itu mengambil objek taman hiburan yang di dalamnya terdapat komidi putar dan menangkap warna-warni serta para pengunjung tempat hiburan tersebut.

Tidak jauh dari foto itu, ada foto lain yang terdiri dari empat buah gambar berderet dengan objek seorang laki-laki.

Foto hasil jepretan Budi Dwiyacita dari kamera Lomo jenis Supersampler itu mengesankan laki-laki itu seolah-olah bergerak.

Di sudut ruang pameran, ada foto horizontal dengan tampilan berbeda, memanjang dan menarik secara visual.

Beberapa di antaranya ialah gambar candi Borobudur yang diambil oleh Niki Kurniawan dengan kamera Horizon Kompakt.

Ada juga gambar anakanak dengan latar langit senja. Foto yang cukup memukau itu diambil Peppi lewat kamera Lomo Horizon Perfect.

Pameran fotografi Lomo kali itu tidak hanya menjadi ruang pameran bagi ratusan lomografer tetapi juga menjadi proyek kerja sama dengan produsen celana jin denim lokal potmeetspop.

Potret-potret milik tiga lomografer yang keluar sebagai pemenang Lomography Photo Competition, yakni Adityo Nugroho, Rendha Rais, dan Wijaya Panjamurti itu ditempel di dalam dan di luar celana. Produk terbatas itu turut dipamerkan dan dijual ke publik.

Melihat pameran Lomo yang dilakukan Lomography Society Indonesia itu, tampak jelas adanya kreasi suka-suka dari para peminat fotografi .

Booming kamera digital yang memuat banyak gambar tidak lantas menyurutkan pamor kamera analog yang menggunakan film.

Dengan optimistis para pencinta Lomo menyatakan masa depan fotografi ada di tangan analog. Hal yang membuat kamera Lomo berbeda dengan kamera digital dan analog sebelumnya ialah mediumnya yang beragam.

Beberapa jenis kamera Lomo antara lain, LCA, Holga, Flash, Fisheye, Horizon, Diana +, Oktamat yang berobjek delapan, Pop 9, Supersampler, atau Actionsampler.

Ditilik dari perjalanannya, geliat kamera Lomo di Indonesia sudah berlangsung sejak lima tahun yang lalu.

Namun, sebenarnya bidang lomografi sudah disukai sejak 1991. Dengan segala keunikan dan kekhasan yang ditawarkannya, Lomo semakin banyak pencintanya, bahkan hingga ke pelosok daerah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar